PADANG-- Ketua Badan Pembina Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (YPKM), Irman Gusman mengatakan, kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, dan karya-cipta yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
"Itu mencakup unsur-unsur bahasa, sistem religi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem sosial, ekonomi, hingga kuliner dan kesenian," ujar Irman via zoom saat menyampaikan orasi kebudayaan di Alek Malewakan PKM di Ladang Tari Nan Jombang, Kota Padang, Rabu (2/6) malam.
Irman menyampaikan, setiap suku bangsa mempunyai identitas, ciri-ciri dasar dan tipologi kebudayaannya sendiri. Ciri dasar kebudayaan Minangkabau ditunjukkan oleh adanya bahasa Minangkabau, sistem matrilineal yang unik.
Serta sistem sosial dan praktik kehidupan yang berpegang teguh kepada ajaran Islam dan adat Minangkabau yang dipadukan dalam filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), syarak mangato adat mamakai.
"Perpaduan agama Islam dan adat Minangkabau menjadi landasan dasar bagi masyarakat Minangkabau dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, Rudolf Mrazek, penulis Biografi Sutan Sjahrir, menyebut dua tipologi budaya Minangkabau, yakni dinamisme dan anti-parokialisme," ujarnya.
Keduanya, kata dia, ditandai dengan tradisi merantau, berjiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter dan berpandangan luas sebagaimana ditemukan dalam diri orang-orang Indonesia terkemuka yang berasal dari Minangkabau dari dulu hingga sekarang.
"Sejak berabad-abad silam orang Minang telah merantau ke berbagai tempat di Nusantara ini, bahkan sampai ke Semenanjung Malaya, Brunei, hingga ke Thailand Selatan dan Filipina. Para pengelana awal bangsa Eropa yang mengunjungi Asia Tenggara mencatat bahwa orang Minangkabau sudah menetap di Semenanjung Malaysia jauh sebelum bangsa kulit putih datang ke sana," sambungnya.
Lebih lanjut diceritakan, sebuah laporan pertengahan Abad ke-19 menyebutkan tentang “The Minangkabau State in Malay Peninsula” atau Negara Minangkabau di Semenanjung Malaya. Negeri itulah yang kemudian dikenal sebagai Negeri Sembilan, salah satu negeri atau negara bagian dalam kerajaan Federal Malaysia yang sekitar 60 persen penduduknya adalah keturunan Minangkabau.
"Negeri Sembilan sampai sekarang juga masih mengamalkan 'Adat Perpatih', kata lain untuk adat Minangkabau, sebagai dasar kehidupan sosial. Selain berdiaspora beserta adat, budaya dan sistem sosialnya, orang Minang juga membawa serta unsur budaya yang lain, seperti bahasa, agama, kesenian, hingga tradisi kuliner atau masakan seperti randang yang berdasarkan survei CNN sejak sepuluh tahun lalu telah diakui sebagai makanan paling enak di dunia (the most delicious food in the world)," ucapnya.
Dirinya mencontohkan, jika ada warga Malaysia yang menyebut randang sebagai warisan budaya nenek moyang mereka, juga tidak dapat disalahkan. Karema memang di antara nenek moyang mereka itulah yang membawa tradisi memasak rendang dari Minangkabau ke Semenanjung Malaya.
Menurut Irman, kebudayaan Minangkabau dan seluruh masyarakat pendukungnya, di ranah maupun di rantau, adalah potensi besar bagi kemajuan daerah Sumbar dan kebudayaan Minangkabau khususnya dan Indonesia pada umumnya.
"Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau yang kita lewakan hari ini, siap turut serta dan bergandeng tangan dengan seluruh unsur pelaku dan pemangku kepentingan kebudayaan Minangkabau, menjadi mitra bagi pemerintah daerah dan lembaga-lembaga pemerintahan umumnya, demi memajukan, merayakan, dan memartabatkan kebudayaan Minangkabau bagi kemajuan dan kesejahteraan daerah dan masyarakat," jelasnya.
Berdasarkan informasi yang Irman dapatkan, Gubernur Mahyeldi Ansharullah, kini sedang menyusun sebuah Dewan Kebudayaan Sumbar. "Ini jelas harapan baru, di mana semua pelaku kebudayaan Minangkabau akan dapat bekerjasama dan saling bersinergi," ulasnya.
Sehingga, kata dia, kebudayaan Minangkabau dapat difungsikan dan digerakkan sebagai modal dasar dan modal sosial untuk mencapai kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat Sumbar di masa-masa yang akan datang.
Sepatah kata pembentang tikar dari Sekretaris Umum, Yulizar Yunus Datuk Rajo Bagindo, mewakili Ketua Umum Pusat Kebudayaan Minangkabau Shofwan Karim, karena kondisi, duduk mendampingi Gubernur, untuk menyampaikan sepatah kata 'mambantangkan lapiak' acara pelewaan Pusat Kebudayaan Minangkabau dan Peluncuran Buku Biografi Haji Arnis Saleh, Saudagar emas Minangkabau yang ditulis penulis besar Hasril Caniago diberi pengantar sejarawan Prof. Dr. Mestika Zed (almarhum).
Tamu yang diundang langsung di gedung seni ini secara luring (offline) 40 orang dan daring (online) dalam pengawasan ketat Prokes Covid-19 dan 200 orang daring, terdiri dari unsur masyarakat budaya, swasta, pemerintah, politisi, akademisi dan sejarawan lainnya.
Yulizar Yunus menjelaskan, Pusat Kebudayaan Minangkabau disingkat PKM ini merupakan sebuah Yayasan, berbadan Hukum SK Menkumham RI, berdiri sejak 3 Juli 2015. Pelewaannya tertunda karena berduka, beberapa pendiri (Darman Moenir dan Taufiq Thaib) termasuk Ketua Umum sebelumnya, Prof Mestik Zed (wafat), disusul hambatan pandemi Covid-19 lainnya.
"PKM dalam cita-cita sejarahnya mengemban fungsi rumah gadang tempat duduk bersama bagi pemangku dan lembaga kebudayaan lainnya dan menjadikannya sebagai wadah mekanisme sentral kesertaan dalam pemajuan kebudayaan terutama sebagai aktor pembangunan masyarakat budaya," katanya.
Rangkaian penyelenggaraan alek kebudayaan pelewaan PKM ini, diisi dengan kegiatan utama peluncuran buku Biografi H. Arnis Saleh, Saudagar Emas Minangkabau. Dimeriahkan pertunjukan seni pergelaran tari “Merentak Ranah Bundo” karya koreografer Ery Mefri pimpinan Ladang Tari nan Jombang.
"Kami berikan applause pada Ladang Tari nan Jombang ini satu-satunya terbesar di Sumatera, yang produk seninya digelar secara internasional di berbagai Negara," tuturnya.
Dikatakan juga, Gubernur turut membanggakan Ladang Tari Nan Jombang sejak sebagai Walikota Padang dulu, sehingga memahami agenda Ladang Nan Jombang yang festival setiap minggu pertama tiap bulan.
"Pak Gub bertanya. Ery, masihkah ada Kamis malam berbisik itu?" ujarnya menirukan pertanyaan gubernur.
Agenda alek ini juga disertai penandatanganan piagam kerjasama PKM dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), STMIK Indonesia dan Padang TV disaksikan Gubernur. Kerjasama dengan lembaga kebudayaan lain menyusul duduk bersama.
Dia juga menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang membantu penyelenggaraan Alek kebudayaan ini. Terutama pada H Arnis Saleh beserta para budayawan yang setia “maunyian” alek kebudayaan ini.
"Serta sokongan moril dari Pemerintahan Provinsi melalui Bapak Gubernur. Kami yakin pelaksanaan alek ini ada lemah dan kurangnya. Kalau ada preseance yang tidak didudukkan pada tempatnya serta pelayanan lainnya yang tidak maksimal, kami memohon maaf," kata dia lagi.
Gubernur Luncurkan Buku Biografi H Arnis Saleh
Sementara, Gubernur Mahyeldi menyampaikan apresiasi Yayasan PKM yang mampu memajukan kembali kebudayaan Minangkabau, makanya ke depan untuk membesarkan kebudayaan perlu dilakukan sinergi dan kolaborasi adalah menetukan keberhasilan itu.
"Kebudayaan yang ada di Indonesia memiliki karakter, memiliki perbedaan, memiliki ciri khas, itulah Indonesia. Makanya hari ini kita hadir disini dengan motto Indonesia dalam Bhinneka Tunggal Ika. Hal inilah yang harus kita rangkai yang harus kita bina lakukan harus kita persatukan satu sama lainnya, sehingga Indonesia ini akan menjadi indah, kaya akan kebudayaan dari berbagai suku di Indonesia," terangnya.
Oleh karena itu, dirinya berharap PKM bisa menghadirkan yang selama ini belum sempat dihadirkan, Dinas Kebudayaan bisa memberikan dukungan terhadap budaya budaya yang ada di Minangkabau dan juga para budayawan yang tergabung di dalam dewan kebudayaan, nantinya juga akan menghadirkan karya-karya sehingga sinergi kolaborasi ini ke depannya menjadi bahagian kebudayaan Indonesia dari Ranah Minang ini.
Program PKM mencakup sejumlah bidang, seperti bidang sosial, bidang agama dan bidang kemanusian. Sementara sasarannya sejalan dengan arah kebijakan yang menawarkan program dalam lima pilihan, yakni kajian kebudayaan, penerbitan, database kebudayaan, kepustakaan dan perpustakaan, kesenian, festival, pertunjukan dan film, serta diplomasi kebudayaan.
Pada kesempatan tersebut, Mahyeldi Datuak Marajo juga meluncurkan buku biografi H Arnis Saleh Dt Malano Basa. Buku yang berjudul Saudagar Emas Minangkabau ini, sarat dengan kisah perjalanan hidup sang pemilik Toko Mas Murni itu. Buku ini ditulis dengan apik oleh wartawan senior Hasril Chaniago, serta kata pengantar oleh Prof. Dr. H. Mestika Zed MA (alm).
Ia juga meapresiasi H. Arnis Saleh yang dinilainya sebagai sosok saudagar yang inspiratif, dermawan, suka bergaul dan terlibat banyak dalam pergaulan sosial.
"Yang menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua adalah semangat beliau hormat kepada orang tua. Karena memang banyak tokoh tokoh yang sukses yang berhasil rata-rata patuh terhadap untuk orang tuanya. Beliau tujukan kepada kita dengan penghormatan yang luar biasa kepada orang tua orang, mudah mudahan ini akan menjadi cermin bagi para milineal dan juga para generasi muda," pujinya.
Dalam perayaan tersebut juga ditampilkan tari dengan judul Marentak Ranah Bundo yang dibawakan oleh Alwi Karmena, Muhammad Ibrahim Ilyas, Zamzami Ismail, beserta rekan lainnya. Acara juga diisi dengan Pemutaran video profil H Arnis Saleh sebagai saudagar emas Minangkabau yang berjaya.
Tulis Komentar